Bangsa Indonesia sejak tempo dulu masyarakatnya telah lama berjuang melawan kaum penjajah,dan senantiasa berhadapan dengan konflik. Perang terjadi pada abad-abad yang lampau telah menyisakan pengaruh dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, berupa pengalaman dalam menghadapi konflik, bahkan kadang-kadang sulit dibayangkan tiada hari tanpa konflik dan stress selama dalam perjuangan. Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sejarah masih membuktikan sampai era reformasi sekarang dewasa ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan banyak pertentangan kelompok maupun politik, serta perseteruan kepentingan yang mengakibatkan konflik. Sementara itu masih sangat dirasakan bahwa sistem penegakan hukum kita masih lemah, misalnya dengan terjadinya salah persepsi antara dua kelompok masyarakat yang bertikai akan menambah daftar konflik menjadi meningkat. Konflik pribadi, konflik kepentingan antar individu ataupun konflik antar kelompok.
Pertentangan maupun konflik tersebut dapat dijumpai di seluruh segi kehidupan sehingga muncul pilihan-pilihan yang saling bertentangan dan tidak selaras mengakibatkan rusaknya tatanan keadaan maupun kehidupan bermasyarakat. Kondisi ketentraman dan ketertiban (tramtib) komunitas (pemukiman) maupun kelompok-kelompok ataupun lapisan masyarakat diberbagai daerah di Indonesia dalam beberapa tahun terusik oleh berbagai jenis gangguan dan konflik. Oleh karena itu mengenali pekerjaan sosial secara serius sangat penting untuk dicermati dalam upaya mengatasinya, bila kita gagal dalam mengatasi konflik maupun mengendalikannya akan mengakibatkan situasi dekstruktif yang lebih dahsyat, konflik merupakan masalah pelik untuk segera dicarikan pemecahaannya.
Lalu bagaimana pekerjaan sosial mengatasi konflik?,dalam mencari segi penyelesaiannya, kemanfaatan dan kemaslahatannya, dari berbagai upaya-upaya yang dilakukan seperti antara lain ;
1. Menciptakan kereativitas masyarakat dalam menyikapi suatu konflik
2. Melakukan perubahan sosial yang kondusif pada pasca konflik.
3. Membangun komitmen kebersamaan dalam kelompok yang pernah konflik.
4. Mencegah berulang lagi konflik yang dapat merugikan banyak pihak.
5. Meningkatan fungsi sosial kekeluargaan atas dasar kebersamaan sebagai nilai kearifan lokal yang dibangun dan diberdayakan dalam upaya dini menangani konflik.
Namun dari pada itu masih belum dirasakan dapat menyelesaikan konflik secara baik, oleh karena itu perlu untuk diketahui secara mendasar sebagai pokok bahasan dalam upaya mengatasi konflik, berupa faktor penyebab dan sumber konflik, jenis-jenis konflik, tahap-tahap konflik termasuk gejala dan ciri-cirinya serta penanganan, pengelolaan dan pengendalian konflik walaupun hal ini sangat sulit, tetapi dalam pekerjaan sosial perlu diketahui untuk dicari penyelesaiannya.
FAKTOR PENYEBAB DAN SUMBER KONFLIK
Konflik pada hakikatnya adalah segala sesuatu interaksi pertentangan antara dua pihak dan lebih didalam suatu kelompok masyarakat atau pun organisasi masyarakat, konflik dapat terjadi karena ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota dalam kelompok tersebut yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi atau berebut sumber-sumber daya yang terbatas serta merebutkan sumber kehidupan maupun lapangan kerja, dimana masing-masing mempunyai perbedaan, status, tujuan, nilai atau persepsi masing-masing.
Faktor penyebab dan sumber konflik antara lain dibagi dalam tiga hal berupa ;
1. Kepentingan (Interest), Sesuatu kepentingan yang memotivasi orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Motivasi ini tidak hanya dari bagian keinginan pribadi seseorang, tetapi juga dari peran dan statusnya karena adanya kepentingan.
2. Emosi (Emotion), Emosi sering diwujudkan melalui perasaan yang menyertai sebagian besar interaksi manusia, antara lain : marah, benci, takut, cemas, bingung, penolakkan dan sebagainya.
3. Nilai (Value), Nilai ini merupakan komponen konflik yang paling susah dipecahkan karena nilai merupakan sesuatu hal yang tidak bisa diraba dan dinyatakan secara nyata. Nilai berada pada kedalaman akar pemikiran dan perasaan tentang benar dan salah, baik dan buruk, yang pada umumnya mengarah pada sikap dan perilaku manusia.
SUMBER- SUMBER KONFLIK
Berbagai sumber-sumber konflik dapat saja terjadi mencuat kepermukaan namun bila kita telusuri dapat kita rinci dalam berbagai unsur sbb:
1. Bio Sosial, Bio sosial bisa dikatakan perasaan frustrasi yang sering menghasilkan agresi sehingga mengarah pada terjadinya konflik. Frustrasi juga dihasilkan dari kecenderungan ekspektasi pencapaian yang lebih cepat dari apa yang seharusnya diharapkan.
2. Kepribadian dan Interaksi Termasuk dalam hal ini adalah kepribadian yang abrasif atau suka menghasut, adanya gangguan psikologi, kejengkelan karena ketidaksederajatan hubungan dan perbedaan gaya interaksi.
3. Struktural Banyak konflik yang melekat pada struktur organisasi dan masyarakat, karena adanya kekuasaan, status, kelas-kelas masyarakat yang semuanya berpotensi menjadi konflik apabila dikaitkan dengan hak asasi manusia, pengarusutamaan jender, dan sebagainya.
4. Budaya dan Ideologi Intensitas konflik dari sumber ini sering dihasilkan dari perbedaaan politik, sosial, agama dan budaya, termasuk masalah yang timbul diantara masyarakat karena perbedaan system nilai.
5. Konfergensi Didalam situasi tertentu sumber-sumber konflik tergabung menjadi satu sehingga menimbulkan kompleksitas konflik itu sendiri.
BERBAGAI JENIS KONFLIK
1. Konflik Pribadi ( Intra personal ) Konflik intrapersonal melibatkan ketidaksesuaian emosi bagi individu ketika kepetingan, tujuan atau nilai-nilai yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan tidak tercapai atau jauh dari menyenangkan.
Konflik ini merintangi kehidupan sehari-hari dan dapat mengganggu kegiatan orang lain. Ketika konflik ini dirasakan atau dialami baik secara fisik, mental atau emosional maka dapat menimbulkan sakit kepala, pusing bahkan stress. Bila akibat konflik ini sampai pada tingkat stress yang mematikan maka akan berada dalam konflik intrapersonal tahap berikutnya yang memiliki sifat destruktif misalnya menjurus kearah tindakan bunuh diri. Konflik intrapersonal merupakan konflik yang terjadi pada perilaku seseorang dimana pikiran dan sikapnya tidak kontrol dan sering menimbulkan emosi yang sangat tinggi.
2. Konflik antara Pribadi ( InterPersonal) Konflik inter pribadi Konflik inter pribadi adalah konflik yang terjadi antara perilaku seseorang dengan mengaitkan kepentingan orang lain yang pikiran dan perilakunya tidak terkontrol, sehingga dapat menimbulkan kegelisahan dan rintangan kehidupan banyak orang. Konflik inter pribadi ini lebih jamak diassosiasikan dengan melibatkan sekelompok orang. Konflik ini tidak dapat diatasi secara external tanpa orang tersebut memiliki kendali secara internal.
b. Konflik antar pribadi Konflik antar pribadi merupakan konflik yang terjadi diantara dua orang atau lebih yang saling bertentangan karena masing-masing membutuhkan kebutuhan dasar psikologis yaitu :
a). Kebutuhan untuk diperlakuakan sebagai seorang pribadi untuk dihargai.
b) Kebutuhan untuk memiliki sejumlah kontrol.
c). Kebutuhan akan harga diri.
d) Kebutuhan untuk menentukan nasibnya sendiri
e). Kebutuhan menjadi orang yang konsisten
3. Konflik antara Kelompok
a. Konflik inter Kelompok ( Inter Groups ) Konflik ini merupakan pertentangan berbagai individu dalam suatu kelompok, karena masing-masing individu biasanya memiliki kemauan, kepentingan dan ingin memenuhi kebutuhan dasar psikologisnya dalam waktu yang bersamaan. Bahkan sering dijumpai bahwa di dalam kelompoknya sendiri para anggotanya tidak bersesuaian.
b. Konflik antar kelompok Antara kelompok satu dengan kelompok lainnya terjadi gesekan yang mengarah pada situasi perpecahan atau konflik antar warga anak bangsa, misalnya antar kelompok suku, ras, agama, dan golongan kelompok masyarakat tertentu.
TAHAPAN, GEJALA DAN CIRI KONFLIK
1. TAHAPAN KONFLIK
a. Kondisi yang mendahului (Antecendent Condition) Pada tahap ini terdapat unsur penyebab antara lain karena kecurigaan , pertentangan pribadi, ras, kelas sosial, politik, sumber daya, keyakinan yang kesemuanya dari faktor-faktor ini tercermin dalam perilaku kehidupan sosial kemasyarakatan.
b. Kemungkinan konflik yang dilihat (Perceived Potential Conflict) Pada tahap ini satu atau kedua belah pihak mulai tampak perubahan kepribadian pada diri masing-masing orang, retaknya kesatuan kelompok dan solidaritas atau kesetiakawanan sosial mulai hilang.
c. Konflik yang dirasa (Felt Conflict) Pada tahap ini benturan kepentingan dan kebutuhan sering terjadi. Satu pihak atau kedua belah pihak yang terlibat melihat keadaan yang tidak memuaskan, meghambat, menakutkan, bahkan mulai mengancam.
d. Perilaku yang tampak (Manifest Behavior) Pada tahap ini orang-orang mulai menanggapi dan mengambil tindakan, sejak dari saling mendiamkan, kemudian pertengkaran secara lisan, berdebat, bersaing, agresif, saling menyerang akhirnya bermusuhan sampai dengan balas dendam yang berkepanjangan. Bentuk perbuatan yang nyata baik berupa lisan atau kata-kata maupun tindakan bergabung jadi satu kemasan.
e. Konflik yang dikelola (Suppressed or Managed Conflict) Pada tahap ini konflik yang sudah terjadi dapat ditekan. Upaya-upaya maksimal untuk meniadakan konflik dilakuakan malalui kesepakatan bersama (negosiasi). Namun demikian meskipun secara lahiriah konflik itu tampaknya seperti sudah berakhir atau dapat diselesaikan namun masalah intinya belum ditanggani, dimana pihak-pihak yang berkonflik hanya sekedar berdamping walaupun dalam hatinya berada dalam keadaan masih panas atau tegang.
f. Penyelesaian sesudah konflik (Management Aftermath) Pada tahap ini apabila konflik tidak dikelola dan diselesaikan, kedua belah pihak yang terlibat akan menanggung akibatnya baik bagi dirinya sendiri, maupun dalam lingkungan sosial khususnya hubungan sosial serta hubungan dengan beberapa orang yang diperlukan. Bila konflik dikelola dan berhasil, maka pihak-pihak yang terlibat perlu menindaklanjuti hasil pengelolaan itu secara konsekuen dan konsisten dengan melandasi apa yang telah menjadi kesepakatan bersama.
2. GEJALA KONFLIK
Timbulnya gejala konflik berupa :
a. Kombinasi jelas dan agresif Konflik tidak selalu digambarkan dalam bentuk nyata namun pada tahap ini terdapat tanda yang jelas dari konflik yang ditunjukan secara agresif. Contoh: teriakan-teriakan, celaan, ejekan, kekerasan dan sebagainya.
b. Kombinasi dari agresif dan tersembunyi Pada tahap ini terdapat tanda-tanda yang tersembunyi dari konflik yang ditunjukan secara agresif. Contoh : komentar-komentar yang merendahkan, pelecehan, penghinaan, selalu mengkritik dan mencari-cari kesalahan orang, kebencian untuk mencoreng orang lain, dan sebagainya.
c. Tanda tersembunyi dari konflik yang ditunjukkan secara pasif Pada tahap ini terdapat tanda-tanda tersembunyi dari konflik yang ditunjukkan secara pasif. Contoh : tidak mau berkerja sama, tidak mau ikut pertemuan, cemas tidak mau menyelesaikan masalah.
d. Tanda yang jelas nampak pasif Pada tahap ini terdapat tanda yang jelas nampak yang ditunjukan secara jelas dalam kejadian konflik secara pasif. Contoh : mengirim surat tetapi tidak ada niat melaksanakan kegiatan yang berarti.
3. CIRI KONFLIK
Ciri-ciri konflik dapat ditandai dari :
A. Ciri peristiwa dalam sehari – hari Pada tahap ini tidak begitu mengancam dan paling mudah untuk dikelola karena memiliki ciri-ciri:
a). Terjadinya secara terus menerus sehingga merupakan kebiasaan dan hanya memerlukan sedikit perhatian.
b). Ditandai oleh perasaan jengkel sehari-hari namun berlalu begitu saja dan munculnya tidak menentu.
c). Walaupun ada perasaan tidak cocok, kadang-kadang marah tetapi emosinya cepat mereda.
B. Ciri tantangan Pada tahap ini ditandai dengan sikap kalah atau menang berupa:
a). Kekalahan tampaknya lebih besar karena yang bersangkutan terikat dengan masalah.
b). Pada tahap ini pengelolaannya tidak dapat dilakukan secara sabar dan hati-hati karena setiap orang berkaitan dengan masalah yang kompleks.
c). Kelompok yang bersaing tidak suka mencari fakta yang akurat tentang lawan saingannya sebab tingkat kepercayaannya sudah menurun.
d). Muncul sikap putus asa akibatnya hanya saling sindir menyindir karena strategi yang digunakan hanya untuk mempertahankan sikapnya sendiri.
C. Ciri pertentangan /pertikaian Pada tahap ini keinginan untuk menang sangat kuat sekaligus untuk mencederai serta menghilangkan keberadaan kelompok lain, dengan pemikiran bahwa:
a). Konflik telah meningkat dalam eskalasi yang sangat tinggi.
b). Harus ada korban
c). Harus ada yang dihukum
d). Ada upaya untuk memperpanjang konflik
e). Salah satu kelompok harus tidak eksis lagi.
HASIL KAJIAN ANALISA KONFLIK
1. Kondisi yang mendahului (Antecendent Condition) Pada tahap ini terdapat unsur penyebab antara lain karena kecurigaan , pertentangan pribadi, ras, kelas sosial, politik, sumber daya, keyakinan yang kesemuanya dari faktor-faktor ini tercermin dalam perilaku kehidupan sosial kemasyarakatan.
2. Kemungkinan konflik yang dilihat (Perceived Potential Conflict) Pada tahap ini satu atau kedua belah pihak mulai tampak perubahan kepribadian pada diri masing-masing orang, retaknya kesatuan kelompok dan solidaritas atau kesetiakawanan sosial mulai hilang.
3. Konflik yang dirasa (Felt Conflict) Pada tahap ini benturan kepentingan dan kebutuhan sering terjadi. Satu pihak atau kedua belah pihak yang terlibat melihat keadaan yang tidak memuaskan, meghambat, menakutkan, bahkan mulai mengancam.
4. Perilaku yang tampak (Manifest Behavior) Pada tahap ini orang-orang mulai menanggapi dan mengambil tindakan, sejak dari saling mendiamkan, kemudian pertengkaran secara lisan, berdebat, bersaing, agresif, saling menyerang akhirnya bermusuhan sampai dengan balas dendam yang berkepanjangan. Bentuk perbuatan yang nyata baik berupa lisan atau kata-kata maupun tindakan bergabung jadi satu kemasan.
5. Konflik yang dikelola (Suppressed or Managed Conflict) Pada tahap ini konflik yang sudah terjadi dapat ditekan. Upaya-upaya maksimal untuk meniadakan konflik dilakuakan malalui kesepakatan bersama (negosiasi). Namun demikian meskipun secara lahiriah konflik itu tampaknya seperti sudah berakhir atau dapat diselesaikan namun masalah intinya belum ditanggani, dimana pihak-pihak yang berkonflik hanya sekedar berdamping walaupun dalam hatinya berada dalam keadaan masih panas atau tegang.
6. Sesudah konflik diselesaikan (Management Aftermath) Pada tahap ini apabila konflik tidak dikelola dan diselesaikan, kedua belah pihak yang terlibat akan menanggung akibatnya baik bagi dirinya sendiri, maupun dalam lingkungan sosial khususnya hubungan sosial serta hubungan dengan beberapa orang yang diperlukan. Bila konflik dikelola dan berhasil, maka pihak-pihak yang terlibat perlu menindaklanjuti hasil pengelolaan itu secara konsekuen dan konsisten dengan melandasi apa yang telah menjadi kesepakatan bersama.
7. Gejala-gejala dan karakteristik konflik baik pada tahapan peristiwa sehari-hari, tahap tantangan maupun tahap pertentangan, serta alternative penanganan, pengelolaan dan pengendaliannya.
8. Memperhatikan ciri khas human relations dalam pekerjaan social : a). Pekerja Sosial menciptakan relasi-relasi (hubungan) untuk tujuan professional, b). Dalam relasi professional
Pekerja Sosial mengabdikan dirinya untuk kepentingan klien (penyandang masalah) serta kebutuhan dan aspirasi warga masyarakat lainnya. c. Pekerja Sosial menciptakan human relations atas dasar obyektivitas dan mawas diri, peka terhadap kebutuhan orang lain, mampu mengatasi atau melangkah keluar dari kesulitan emosionalnya.
9. Mempertimbangkan jenis-jenis human relations :
a. Kolaborasi : Hubungan antara Pekerja Sosial dengan klien (penyandang masalah) untuk persetujuan kerja dan menyetujui tujuan serta proses perubahan social yang disepakatinya.
b. Tawar-menawar : Persetujuan tawar-menawar antara Pekerja Sosial dengan system-sistem yang lain,
dimana : i). Norma/nilai social yang menekankan perlunya orang berusaha bekerjasama menyelesaikan perbedaan-perbedaan. Pekerja Sosial melakukan persuasi kepada orang lain agar mereka mau bekerjasama (duduk dalam satu meja), walaupun memiliki tujuan yang berbeda-beda.
ii). Relasi tawar-menawar ini merupakan cara memperoleh sumber-sumber yang dapat diakses iii. Kedudukan/kekuatan beberapa aparatur pemerintah sebagai system sumber dapat dilibatkan dalam relasi tawar-menawar ini.
c. Relasi Konflik : Relasi ini dapat terwujud manakala : i). Relasi tawar-menawar tidak berhasil, pihak-pihak yang terlibat tidak memahami hakikat persetujuan. Ii). Terjadi polarisasi diantara perbedaan-perbedaan, tuntutan-tuntutan dan tujuan-tujuan. Iii). Tujuan bagi Pekerja Sosial dan warga masyarakat yang berkonflik dianggap gawat oleh pihak ketiga/pihak lain yang memiliki kepentingannya sendiri, sehingga mereka harus diposisikan sebagai system sasaran. (bagian system dasar pekerjaan social), iv). Tidak ada minat sama sekali bagi pihak-pihak yang bertikai untuk membicarakan perbedaan-perbedaan dan persetujuan.
PENANGANAN, PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN KONFLIK
Pekerja sosial pada prinsipnya memulai dengan kegiatan : pengumpulan data, pengetesan data, analisis data, dan membuat kesimpulan. Pada tahapan pengumpulan data/informasi, pekerja sosial mengumpulkan informasi utama tentang diri klien itu sendiri, maupun tetang masalah konflik yang sedang dihadapi, dan kondisi atau situasi lingkungan sosialnya (person – problem – situation).
Fokus utama intervensi pekerjaan sosial adalah keberfungsian sosial (sosial fungtioning) yaitu interaksi antara orang dengan lingkungan sosialnya yang dapat menyebabkan timbulnya masalah atau terjadinya konflik. Kesulitan apa yang dihadapi atau ketidakenakan yang dirasakan, faktor-faktor penyebabnya, serta akibat yang ditimbulkannya.
Oleh karena itu hasil assessment dapat sangat bermanfaat dalam rangka sbb:
a. Penggunaan informasi untuk penetapan keputusan-keputusan tentang prioritas masalah dan apa yang akan dikerjakan untuk pemecahan masalah tersebut.
b. Mengetahui spesifikasi masalah, penyebab masalah, pertimbangan alternative atau pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah dan,
c. Seleksi penentuan tujuan dalam rangka penyusunan perencanaan pemecahan masalah. Pelaksanaan kegiatan dari upaya penanganan, pengelolaan dan pengendalian serta cara pandang konflik sbb;
1. PENANGANAN KONFLIK.
Penangan konflik dapat dilakukan dalam tiga bahagian sbb;
a. Penanganan konflik dalam peristiwa sehari – hari :
a). Membuat suatu proses yang menguji dari dua sisi untuk meningakatkan kesamaan pemahamam satu sama lain.
b). Bertanyalah jika reaksi itu proporsional dengan keadaan, sehingga paling tidak membawa sisa emosi dari peristiwa lainnya untuk diselesaikan.
c). Identifikasikan butir-butir kesepakatan dan segera menindaklanjutinya, serta mengindentifikasikan butir-butir ketidaksepakatan untuk tidak ditindak lanjuti.
b. Penanganan pertentangan konflik :
a). Membuat suasana yang aman termasuk menciptakan suatu lingkungan dimana setiap orang merasa aman, yaitu dengan membangun suasana informal, menetapkan kawasan netral, berada dalam kendali dengan agenda kegiatan yang mudah diatur.
b). Tegaslah terhadap fakta tetapi lunak terhadap orang serta mengambil penambahan waktu untuk mendapakan data dan informasi secara detail.
c). Membuat pekerjaan resmi sebagai kegiatan team dengan membagi tanggung jawab sehingga setiap orang mempunyai kesamaan tanggung jawab serta mempunyai alternatif untuk menyesuaikan diri.
d). Mencari kesepakatan minimal tetapi tidak dianjurkan begitu mudahnya membuat kompromi.
e). Memberikan waktu yang cukup untuk menarik kelompok yang bersaing agar dapat menerima kesepakatan tanpa memberikan konsesi atau mengeluarkan tekanan.
d). Upaya ini sangat susah untuk mendudukkan orang-orang yang bertikai berada dalam satu meja, selama yang bersangkutan belum menyadari dan faham untuk membangun perdamaian (peach building), namun harus diupayakan secara keras.
c. Penanganan penyelesaian konflik :
a). Informasi dan data secara detail adalah sangat penting sehingga campur tangan team dari luar harus mau dan mampu memperhatikan data dan informasi secara detail, sehingga dapat menyelami dan meperhitungkan emosi negatif secara cermat.
b). Waktu harus disediakan secara longgar untuk dapat mewawancari semua orang yang terlibat dalam konflik, sehingga dengan demikan dapat dilakukan penggungkapan dan pemahaman masalah yang sesungguhnya dirasakan atau dihadapi masing-masing.
c). Alasan yang logis sering tidak efektif untuk menyadarkan kelompok yang sedang bertikai untuk mengakhiri konflik, karena kentalnya perbedaan yang diunjukkan secara menyolok. Untuk itu dicarikan sumber alternatif untuk menyalurkan energinya agar kadar konfliknya berada pada tahap yang lebih rendah.
d). Menjelaskan tujuan penanganan konflik dengan menciptakan suasana yang menumbuhkan rasa untuk tidak harus selalu menang, kecuali dengan menghargai kearifan setiap orang.
2. PENGELOLAAN KONFLIK
a. Pendekatan win – win solution Prinsip-prinsip pendekatan sama-sama menang atau saling menguntungkan serta saling memuaskan, dimana kedua belah pihak menang dalam keberpihakan atas proses penegakan keadilan dan kebenaran, tetapi kalau masih belum tercapai dapat ditempuh upaya kompromi.
b. Belajar merespon Merespon disini adalah belajar memberikan stimulus dalam bentuk pertimbangan yang arif dan bijaksana. Kalau bereaksi kecenderungannya hanya belajar mendengarkan kemauannya diri sendiri, tetapi kalau merespon lebih banyak mendengarkan orang lain.
c. Penggunaan bahasa yang baik dan positif Ada pepatah bahasa kawi jawa kuno : Ajining diri dumunung ana ing lati. Artinya bahwa harga diri seseorang berada pada apa yang diucapkan melalui bibir dan lidahnya. Oleh karena itu harus berhati-hati menggunakan bahasa, karena kata-kata yang diucapkan biasanya bermakna, sehingga diupayakan menggunakan bahasa yang baik dan positif.
d. Mengenali terjadinya emosi Mengamati segala kejadian atau permasalahan yang dapat menimbulkan kemarahan yang diakibatkan adanya emosi yang tidak terkendalikan. Kecerdasan emosional (EQ) mencakup kemampuan memotivasi dirinya sendiri, dan mampu menangani atau mengendalikan dorongan hati, frustrasi, stress, yang memerlukan pengharapan dan empati.
e. Faktor – faktor ketidak-enakan Faktor-faktor yang dapat menggerakkan timbulnya konflik adalah sesuatu yang tidak mengenakkan seperti : kemarahan, ketakutan, kejengkelan, perasaan bersalah, perasaan terluka hatinya, penyesalan, kecemasan, trauma, dan sebagainya. Kalau faktor-faktor ketidakenakan tersebut dipelajari sebab-sebabnya, maka dapat menemukan langkah positif menuju kearah penyelesaian konflik.
f. Strategi pribadi Untuk mengendalikan rasaketidakenakan maka diperlukan strategi pribadi misalnya dengan gerakan-gerakan tubuh untuk memejamkan mata sejenak, melepaskan ketegangan, mengatur seni pernafasan, berkonsentrasi kepada pokok permasalahan yang sesungguhnya, dan sebagainya yang dapat mengekspresikan tingkat emosinya.
g. Mediasi Seni mediasi diperlukan bila suatu konflik semakin memburuk sehingga diperlukan pihak ketiga sebagai mediator, untuk menengahi konflik-konflik yang terjadi. Dalam mediasi sangat diperlukan suatu keahlian dalam bernegosiasi. Seorang mediator harus netral, adil, berperilaku yang baik, memiliki keterampilan untuk menganalisis, faham terhadap permasalahan yang terjadi, keterbukaan dalam penanganan masalah, memiliki integritas dan etika yang baik, kreatif dan fleksibel serta mampu menemukenali dan mengembangkan perilaku pribadinya masing-masing.
h. Negosiasi Seni negosiasi adalah dimulai dengan belajar untuk mendengar terlebih dahulu permasalahan yang berkaitan dengan konflik, menekan tuntutan-tuntutan yang diajukan salah satu pihak tanpa kejelasan titik persoalannya, kemudian menghindari negosiasi yang bersifat konfrontatif.
i. Pengembangan pendekatan pengelolaan konflik Pendekatan pengelolaan konflik dengan mempersatukan (integrating), kerelaan untuk membantu (obliging), mendominasi (dominating), menghindar (avoiding), dan kompromi (compromising).
j. Respon penolakkan Respon penolakan merupakan usaha untuk menghadapi aspek emosional konflik, seperti : cemas, menerima, memberikan tanggapan (lari atau menyerang) dan refleksi yang seimbang.
k. Gap inter personal Komunikasi merupakan gap inter personal, karena selama konflik berlangsung maka komunikasi yang baik sulit diwujudkan akibat banyaknya kata-kata yang dilontarkan mestinya tidak digunakan sebagaimana mestinya, karena menganggu perasaan orang lain dan dapat menjadikan gap interpersonal.
l. Refleksiologi emosional Perpindahan gerak dari kerjasama yang sifatnya terpaksa dan sering muncul pada saat eskalasi konflik meningkat, sehingga sering dijumpai unsur saling menyalahkan, merahasiakan sesuatu, perasaan tertekan.kemarahan, dan sebagainya.
3. PENGENDALIAN KONFLIK
Perlakuan pengendalian konflik dilaksanakan melalui ;
a. Proses pengendalian konflik Melakukan persepsi tentang konflik itu sendiri, apa komponennya, dari mana sumbernya, bagaimana realisasinya, cara menghindarinya, implementasi penanganannya, pemilihan strategi yang digunakan, evaluasi dampak yang ditimbulkan oleh konflik.
b. Cara pengendalian konflik Memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk mengemukakan pendapatnya tentang kondisi-kondisi penting yang diinginkan sesuai persepsi masing-masing yang harus dipenuhi disesuaikan dengan sumber-sumber daya dan dana yang tersedia dan dapat dimanfaatkan. Kemudian minta satu pihak menempatkan diri pada posisi orang lain dengan memberikan argumentasi kuat terhadap posisi dimaksud, sehinga akan terwujud berbagai alternatif tindakan antara lain berupa: sikap sabar, penghindaran, kekerasan, negosiasi, mediasi, konsiliasi, abritasi, peradilan, dan sebagainya.
c. Tindakan pengendalian konflik
Menghindar, Kompromi, Kompetisi, Akomodasi, Kolaborasi, Kontribusi untuk pengendalian konflik sebagai hasil asesmen, Sanggup menyampaikan pokok masalah penyebab timbulnya konflik, Mau mengakui adanya konflik, Bersedia melatih diri untuk mendengarkan dan mempelajari perbedaan , Sanggup mengajukan usul atau nasihat , Meminimalisasi ketidakcocokan.
4. UPAYA HASIL PEKERJAAN SOSIAL TERHADAP KONFLIK.
Perlu diketahui upaya-upaya hasil dalam konflik sbb; :
a. Hasil konflik dengan cara pandang negatif
Mempertajam perbedaan, Penghamburan tenaga, biaya dan waktu yang sia-sia, Menurunkan semangat beraktivitas, Memilah-milahkan kelompok dan anggota-anggotanya merusak kerjasama, Menimbulkan kecurigaan dan ketidakpercayaan, Mengurangi produktivitas / hasil karya
b. Hasil konflik dengan cara pandang positif
Permasalahan konflik yang ada menjadi terbuka dan jelas, Memperbaiki kualitas pemecahan masalah, Meningkatkan keterlibatan para anggota, Memberikan kesempatan berkomunikasi secara spontan, Menciptakan pertumbuhan dan penguatan hubungan, Meningkatkan produktivitas
c. Hasil konflik dengan jenis- jenis relasi yang dihasilkan akibat dari pengaruh human relations (Antara Pekerja Sosial dengan pihak lain yang terkait) dalam tabel sbb;
PEKERJA SOSIAL KOLOBORASI: Kepercayaan dan persetujuan timbal-balik mengenai cara dan hasil
TAWAR-MENAWAR: Pertentangan, tetapi ada kemauan untuk membicarakan perbedaan-perbedaan
RELASI KONFLIK: Ketidak percayaan dan ketidaksetujuan mengenai cara dan hasil
HASIL PERSEPSI PIHAK LAIN: Diinginkan dan sesuai dengan minat-minat pribadi Tidak sepenuhnya sesuai dengan minat-minat pribadi Tidak diinginkan dan tidak sesuai dengan minat-minat pribadi
BEBAN PERSEPSI PIHAK LAIN: Tidak berat, dapat dipenuhi dengan memnggunakan kemampuan dan sumber-sumber yang ada Cukup berat, memerlukan pengembangan kemampuan dan keterampilan-keterampilan baru atau perubahan kemampuan dan keterampilan termasuk realokasi sumber-sumber Sangat berat, karena memerlukan perubahan relasi-relasi status dan kekuatan dasar,kontrol terhadap sumber-sumber.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas dapat kami simpulkan upaya pekerjaan sosial dalam mengatasi konflik berupa tindakan atau langkah-langkah kegiatan sbb;
1. Menciptakan hubungan positif dalam kelompok dengan cara antara lain :
a. Menciptakan pemenang, melakukan voting untuk menentukan pihak yang kalah
b. Mengumumkan penangguhan
c. Menganjurkan partisipasi yang sederajat
d. Aktif mendengarkan
e. Memisahkan fakta dari opini
f. Memisahkan orang dari masalah
g. Memecah belah dan menaklukkan
2.Jangan melakukan tindakan selama menghadapi konflik antara lain :
b. Jangan memberikan kesempatan untuk perjuangan mendapatkan kekuasaan
c. Jangan / tidak memihak dalam konflik
d. Jangan membiarkan konflik menempati agenda anda
e. Jangan terperangkap kengerian
f. Jangan dibodohi oleh proyeksi
3.Mewujudkan action team intervensi
a. Pembentukkan team
b. Melakukan proses intervensi
c. Melakukan parameter
d. Melakukan pengumpulan data
e. Wawancara
f. Menyusun ulang issue
g. Menciptakan alternative
h. Evaluasi dan kesepakatan
terima kasih atas postingan anda,,saya bisa mendapat referensi dalam pembuatan tugas..
BalasHapussalam kenal yaa
Terima kasih juga atas kunjungan anda ke Blog saya.
BalasHapusDan terima kasih juga posting saya bisa berguna untuk anda.
Salam kenal kembali.
Silahkan berkunjung ke Blog saya lagi.
BalasHapuscari dong contoh contoh konflik yang ada di indonesia ...
BalasHapusbuat tugas sekolah niih ..
baguus semua tugas tyka adda di sini semua
BalasHapus