Welcome

Gue bersyukur jika isi Blog ini bisa memberikan manfaat buat kwan2 semua ..

Kamis, 17 Desember 2009

STRATEGI MERANCANG TUJUAN INSTRUKSIONAL

Seseorang guru yang mengajar tanpa menetapkan tujuan instruksional terlebih dahulu dan mengajar tanpa berpedoman pada tujuan instruksional ibaratkan nahkoda yang berlayar tanpa menggunakan kompas yang mengakibatkan meraba – raba menentukan tujuan yang hendak di capai. Dalam kenyataan nya masih sangat banyak guru yang mengabaikan tentang persiapan pengajaran seperti tersebut di atas.
Tujuan instruksional menurut Robbert F. Mager sebagai tujuan perilaku yang hendak di capai atau yang dapat dikerjakan siswa pada kondisi tingkat kompetensi tertentu.

Manfaat tujuan instruksional ( baik umum maupun khusus ) adalah sebagai dasar dalam :
 Menyusun instrumen tes ( pretes atau posttes )
 Merancang strategi instruksional
 Menyusun spesifikasi dan memilih media yang cocok
 Melaksanakan proses belajar

Tujuan instruksional memiliki taksonomi yang di nyatakan oleh Benyamin S. Bloom dan Krathwool. Menurut mereka tujuan instruksional diklasifikasikan menjadi tiga kelompok atau kawasan. Sampai saat ini taksonomi itu masih seringdi pakai sebagai dasar pengembangan tujuan instruksional di berbagai kegiatan, adapun kawasan itu adalah sebagai berikut :
A. Kawasan Kognitif (pemahaman)

kawasan kognitif dan ifisien adalah dua dari tiga kawasan tujuan insrtuksional yang memiliki klasifikasi atau rincian yang paling detil, sehingga seolah-olah merupakan suatu system tersendiri.
Kawasan koknitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut :

1.TINGKAT PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)

Tujuan instruksional pada level ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) informasi yang telah di terima sebelumnya,seperti misalnya:fakta,terminology,rumus,strategi pemecahan masalah,dan sebegainya.



Contoh:
 siswa dapat menyebutkan kembali nama-nama manteri dalam cabinet gotong royong
 siswa dapat menggambarkan struktur kelembagaan negara Indonesia

1. TINGKAT PEMAHAMAN (COMPREHENSION)

Kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan,informasi yang telah di ketahui dengan kata-kata ssendiri. Dalam hal ini siswa diharapkan menerjemakan atau menyebutkan kembali yang telah di dengar dengan kata-kata sendiri.
Contoh:
 Siswa dapat menjelaskan tentang cara menanggulangi bahaya banjir.
 Siswa dapat menkajiulang akibat penggundulan hutan.

3 TINGKAT PENERAPAN (APLICATION)
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh:
 Siswa dapat mendemonstrasikan cara menendang bola dengan benar.
 Siswa dapat mengerjakan tugas pekerjaan rumah yang telah diajarkan guru di sekolah.


4. TINGKAT ANALISIS (ANALYSYS)

Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi,memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta,konsep,pendapat,asumsi,hipotesa atau kesimpulan,dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi.

Contoh :
 Siswa dapat menginventrasir kewajiban sebagai warga negara Indonesia
 Siswa dapat menganalisis sejauh mana hasil diskusi mereka tentang kewajiban dan hak sebagai warga negara Indonesia.




5. TINGKAT SINTESIS ( synthesis )

Sintesis disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.


Contoh :
 Siswa dapat mengumpulkan dana untuk bantuan terhadap rekannya yang tertimpa musibah.
 Siswa dapat menyiapkan bahan pelajaran yang akan didiskusikan.


6. TINGKAT EVALUASI ( evaluation )
Evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan siswa mampu membuat penilaiandan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan criteria tertentu.

Contoh :
 Siswa dapat memilih kegiatan sesuai dengan bakatnya dari kegiatan pilihan yang telah di tetapkan sekolah.
 Siswa dapat mengoreksi conversationnya melalui rekaman tip.



B. Kawasan Afektif ( sikap dan perilaku )

Kawasan efektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, system nilai, dan sikap hati ( attitude ) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan tehadap sesuatu.Perumusan tujuan instruksional pada kawasan afektif tidak berbeda jauh bila dibandingkan dengan kawasan kognitif, tetapi dalam mengukur hasil belajarnya jauh lebih sukar karena menyangkut kawasan sikap dan apresiasi.
Untuk memperoleh gambaran tentang kawasan tujuan instruksional afektif secara utuh, berikut ini akan di jelaskan setiap tingkat secara berurutan beberapa contoh kongkrit berikut ini :

1. Tingkat menerima ( receiving )

Menerima disini di artikan sebagai proses pembentukan sikap dan perilaku dengan cara membangkitkan kesadaran tentang adanya ( stimulus ) tertentu yang mengandung estetika.

Contoh :
 Kemampuan seseorang siswa untuk mendengar berita di televise dengan sungguh-sungguh tentang bencana banjir yang melanda negara Ceko
 Kesadaran para siswa bahwa kesulitan-kesulitan yang di temui selama belajar adalah tantangan bagi masa depannya.




2. Tingkat Tanggapan ( responding )

Tanggapan atau jawaban ( responding ) mempunyai beberapa pengertian, antara lain sebagai berikut :
a. Tanggapan dilihat dari segi pendidikan di artikan sebagai perilaku baru dari sasaran didik ( siswa ) sebagai manifestasi dari pendapatnya yang timbul karena adanya perangsang pada saat ia belajar.
b. Tanggapan di lihat dari segi psikologi perilaku ( behavior psychology ) adalah segala perubahan perilaku organisme yang terjadi atau yang timbul karena adanya perangsang dan perubahan tersebut dapat diamati.
c. Tanggapan dilihat dari segi adanya kemampuan dan kemauan untuk bereaksi terhadap suatu kejadian ( stimulus ) dengan cara berpartisipasi dalam berbagi bentuk.

Contoh :
 Para siswa tingkat 1 SMU hadir pada diskusi yang dilaksanakan oleh kakak tingkat mereka dengan topic bahaya narkoba dan pengaruhnya terhadap masa depan remaja.
 Para siswa aktif memperdebatkan masalah yang dilontarkan gurunya.

3. Tingkat menilai

Menilai dapat di artikan :

 Pengakuan secara objektif ( jujur ) bahwa siswa itu objek, system atau benda tertentu mempunyai kadar manfaat.
 Kemauan untuk menerima suatu objek atau kenyataan setelah seseorang itu sadar bahwa objek atau kenyataan setelah seseorang itu sadar bahwa objek tersebut mempunyai nilai atau kekuatan, dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap atau perilaku positif atau negative.

4. Tingkat organisasi ( organization )

Organisasi dapat diartikan sebagai :

 Proses konseptualisasi nilai-nilai dan menyusun hubungan antar nilai-nilai tersebut, kemudian memilih nilai-nilai yang terbaik untuk di terapkan.
 Kemungkinan untuk mengorganisasikan nilai-nilai, menentukan hubungan antar nilai itu lebih domonin di banding nilai yang lain apabila kepadanya karena di berikan berbagai nilai.

5. Tingkat karakterisasi ( characterization )

Karakterisasi adalah sikap dan perbuatan yang secara konsisten di lakukan oleh seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga sikap dan perbuatan itu seolah-olah sudah menjadi cirri-ciri perlakunya.

B. KAWASAN PSIKOMOTOR ( psychomotor domain )

Terdiri dari :

a. Gerakan seluruh badan ( gross body movement )
b. Gerakan yang terkoordinasi ( coordination movements )
c. Komunikasi nonverbal ( nonverbal communication )
d. Kebolehan dalam berbicara ( speech behavior )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar